Halo Senin, kau tetaplah hari Senin. Hari dimana semua orang sibuk dengan dimulainya aktivitas baru di minggu ini. Hari dimana orang-orang sangat ingin menghapusnya, karena hari Senin telah menyadarkan bahwa libur hari Minggu telah usai. Kehidupan seperti biasanya akan terulang lagi, dengan segala macam tugas-tugas, deadline, ujian, kerja, macet, dan hectic lainnya yang akan terjadi di hari Senin. Namun hari Senin-ku kini penuh semangat, aku tak perlu lagi mengkhawatirkannya karena Senin-ku sekarang menjadi hangat.
Sinisnya Senin tidak menggetarkan hatiku ketika kau datang dan mengubah Senin-ku menjadi Senin yang begitu hangat, dan aku sangat nyaman. Senin yang selalu indah dengan bunga yang selalu ada di tanganmu. Aku selalu menanti hangatnya Senin dari minggu ke minggu, minggu ke minggunya lagi dan begitu seterusnya, tak akan pernah bosan. Seninku menjadi sangat hangat. Sangat hangat hingga badai tiba-tiba menerpa hangatnya hari Senin menjadi Senin yang kelabu, abu-abu, tak berwarna, dan hambar. Hari dimana entah badai apa yang menerpa entah apa yang terjadi yang merusak semua hangatnya Senin-ku, semua angan-angan yang selalu aku bayangkan yang selalu aku rencanakan dan semua-muanya menjadi kosong tak tersisa. Mungkin ini pergantian musim yang mengharuskan hangatnya Senin berubah menjadi dingin atau mungkin waktuku menunggu hangatnya Senin hadir dari minggu ke minggu hingga minggu ke minggunya lagi yang membuatku ragu.
Ragu ketika ada yang dapat membawakan aku hangatnya serasa di hari Senin dan bunga yang tidak hanya aku dapatkan di hari Senin saja melainkan dari Senin hingga Senin-nya lagi, setiap hari, dengan penuh kehangatan yang awalnya tak ku rasakan dan tak pernah ku hiraukan. Karena aku terlalu nyaman, nyaman dengan hangatnya Senin yang selalu kau hadirkan untukku. Ketika hangatnya Senin-mu datang, aku tak bisa melihat apa yang terjadi disekitarku, aku hanya fokus kepadamu bahkan sangat fokus hingga aku pernah meyakinkan diri bahwa hangatnya Senin-mu-lah yang ditakdirkan untukku, selalu.
Namun semuanya berubah ketika aku mulai berfikir bahwa aku bisa saja mendapatkan hangatnya rasa Senin setiap hari tanpa harus menunggu disetiap Senin dari minggu ke minggu. Ada yang membawa bunga disetiap harinya tanpa harus menunggu. Tapi semuanya terasa berbeda, sangat berbeda jika yang membawakan hangatnya itu kamu, meskipun hanya di hari Senin saja. Aku sangat menikmati dan aku sangat suka sekali. Aku tetap menunggu hangatnya Senin yang kau hadirkan. Aku tak apa jika harus menunggu hangatnya Senin-mu dari minggu ke minggu, bulan ke bulan, tahun ke tahun bahkan mungkin sampai nanti, tak akan jadi masalah buatku.
Tapi hari itu aku tidak tahu badai apa yang telah memporak-porandakan hangatnya hari Senin. Setelah badai itu menghantam aku merasa kau tak lagi berjuang memberi hangatnya Senin-mu kepadaku. Dan ini membuatku ragu. Aku diam. Aku berfikir. Tapi aku tetap menyukai hangatnya Senin yang kau hadirkan. Aku menunggu hangatnya Senin-mu kembali lagi. Namun di sela-sela hangatnya Senin-mu lama tak hadir, ada hangatnya hari lain yang mengisi, setiap hari. Hingga dapat membuatku lupa akan hangatnya Senin-mu yang lama tidak hadir. Disini saya tekankan sekali lagi meskipun ada hangatnya hari lain yang menemani namun tak akan memadamkan hangatnya Senin-mu yang nyaman.
Kini pikiranku mulai terasuki dengan 'terkadang yang sangat istimewa itu dapat tergantikan dengan yang selalu ada'. Memang selalu bukanlah sebuah tuntutan. Dan aku bukanlah orang yang selalu menuntutmu untuk selalu ada disampingku. Tapi bayangkan jika hangatmu selalu hadir disetiap Senin saja dan aku harus menunggu dari minggu ke minggu hingga minggu ke minggunya lagi. Bukankah lebih baik jika hangatmu itu datang disetiap harinya? Aku bukannya merasa bosan menunggu hangatnya Senin-mu. Tapi disini aku mempertanyakan dimana titik berjuangmu, apakah kau selalu ingin berusaha untuk menghadirkan hangatnya Senin-mu disetiap hari hingga hari Senin ke hari Senin yang akan datang? Sampai disini rindu sudah tidak ada rasanya dan sudah bukan lagi masanya.
Aku belum pernah merasakan Senin sehangat ini sebelumnya.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar